Hari Kemarin

Sabtu, perkuliahanku memang selalu libur. Aku menyempatkan diri untuk mengantar si kembar ke sekolah karena aku tahu kalau aku begitu sibuk dengan urusan kuliah.
Menghidupkan motor. Membawa mereka, menelusuri jalan yang kebetulan jalan itu merupakan jalur lalu lintas truk pengangkut pasir. Berbelok kekanan melewati jalan yang sedikit setapak. Tak apalah. Menoleh kekanan kekiri ada beberapa sengkedan yang mengharuskanku mengucapkan syukur atas ciptaan dan nikmatnya. Masih mengendarai motor menuju arah utara. Terlihat jelas merapi memperlihatkan cakrawala, menyambut pagi kita dengan pesonanya. Ibu-ibu yang beriringan dengan penutup kepalanya - caping- dan menggendong sebuah wadah berisi makanan yang nantinya akan disantap setelah mereka selesai menggarap sawah.


Aku terseyum, aku terharu. Terlintas diingatan, ketika aku sedang menyusul Mbah Putri disawah. Namun beliau sudah kembali. Kembali kepada-Nya.
Menemui pertigaan, aku kembali tersenyum melihat banyak sekali persawahan di ujung sana. Luar biasa. Mungkin disini kutemukan ketenangan sejatinya. Hamparan sawah yang menggiurkan para petani, kerbau-kerbau yang sedang membajak sawah. Hehe. Ada yang keluar dari mataku. Semacam gumpalan embun, tiba-tiba menetes. Astaga, aku menangis.



Tuhan, begitu indah karyaMu. Sungguh istimewa yang Engkau ciptakan”, benakku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thailand dan Langit Orange (Part 1)

Kau dan Senja